Yutaka Kobayakawa - Lucky Star
RSS

Gumpalan Penat

Dia masih membaringkan kepalanya di bantal merah itu... semakin menenggelamkan diri, seakan melenyapkan suara-suara keras dan kebisingan di sekitar kupingnya.
Tangannya yang bimbang meraih seonggok boneka biru, bulat... lebih bulat darinya. Matanya memang menutup rapat. Tapi dia sama sekali tidak menikmati tidurnya. Bahkan merasa tersiksa karenanya.
Lalu sesuatu mengentakkan dengan tiba-tiba, dan membangunkannya. Kembali. Sudah tiga kali dalam semalam ini dia terbangun. Dengan muka kaget seperti itu. Seperti direnggut dengan tiba-tiba dari mimpi-mimpinya.
Dia melirik jarum lancip di sebelahnya, jarum yang tak sama panjangnya. 02.30 pagi. Masih sunyi. Dia menjilat bibirnya yang kering. Memaksanya untuk kembali ke dapur, mengambil segelas air segar, untuk menyiram bibir itu agar tidak pecah.


Dia mencoba mengingat apa yang ada dalam tidurnya tadi, apa mimpi yang masuk di dalamnya. Dia tidak ingat. Satu yang terekam jelas, dia merasa sangat kaget. Lalu terjaga. Itu saja. Keringat mengembun di kulitnya. Dalam pikirannya, kembali sejumput kepeningan yang luar biasa, segumpal tekanan yang tak berima masih bersemayam paksa. Dia merasa sangat penat. Dia merasa itu sungguh membuatnya terengah-engah.


Lalu dia mulai membaringkan diri lagi. Menerawangkan pikirannya, mencari apa yang dikhawatirkannya, apa yang menjadi gumpalan tekanannya, dan apa yang membuat tidurnya demikian menakutkan...dan sangat tidak nyaman. Dia mulai mengingat segala hari-hari yang dilaluinya, memperhatikan segala yang harus dilakukannya, mengurutkan apa yg blum dilakukannya, atau mungkin janji-janji yang belum dipenuhinya. Satu persatu wajah orang-orang terdekatnya muncul. Video rekaman kejadian mencoba berputar lagi. Nihil. Semakin gelap.  Gumpalan tekanan dan kesedihan itu masih belum hilang. Dia merasa putus asa. Melihat tidak ada tanda-tanda.


Dia mencoba untuk kembali masuk ke tidurnya. Berharap besok itu semua akan lenyap esoknya. Dan dia kembali terbangun dengan muka bahagia, seperti masa-masa kecilnya.


Dia memang tak ingat apa penyebab itu semua. Karena memorinya sudah terenggut oleh benturan di aspal nan keras itu. Dia mungkin tak akan pernah lagi mengingatnya. Penyebab gumpalan tekanan, kehampaan dan kesedihan di pikirannya.


Gumpalan-gumpalan yang bersumber akan segala pertanyaan-pertanyaannya;
Akan Tuhannya,
Akan hidupnya yang untuk apa
dan kenapa hanya boleh diberikan pada Tuhannya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar